Jangan Dibuang! Sayang
Selasa, 06 Agustus 2013 | 0 comments
Jangan Dibuang. Sayang !
(Ketika Bebek Bebek Yang Malang
Berpisah)
Karya : Mutia Karim
Siapa sih yang bahagia kalau berpisah sama sahabat,
keluarga, pacar, atau bahkan nenek lo yang tua yang super duper nyebelin .
Perpisahan itu rasanya pahit. Sepahit kopi hitam ditambah gula satu kilo, eh
maksudnya kopi hitam tanpa gula, kecap atau semacamnya. Tapi, banyak juga orang
yang bilang kalau perpisahan bukanlah akhir dari segalanya. Doubt it? Gue rasa anggapan itu ada
salahnya juga. Gak percaya? Percaya gak percaya, baca aja opini sesat dari gue
☺
***
Ini sudah pasti terjadi dikalangan remaja terutama
anak-anak sekolah, bahkan orang-orang yang sudah lebih lama hidup dibandingkan
gue. Gue yakin, apabila seseorang sudah mendapat teman baru, teman lama dilupakan,
eh agak dilupakan maksudnya, ada yang protes? Sinih gue jitak. Jujur aja lo
pada, ya karena gue pernah mengalami hal bodoh seperti itu. Itu terjadi karena
mereka sudah tidak berpengaruh dikehidupan barunya. Betul?
Betul..betul..betul.. Ini gue udah kaya
sodara upin & ipin saja. Lupakan. Kalau sudah agak terlupakan, maka
kejadian berikutnya adalah putus komunikasi. Ini maksudnya bukan kabel
komunikasi pada putus gara-gara angin puting beliung, tapi putus komunikasi
yang maksudnya itu gak ada komunikasi atau hubungan atau kontak atau yang
sejenisnya dengan mereka. Bahkan mereka tidak saling tahu kabar-kabar terbaru,
yang ada malah kabar petang, atau bahkan Eyang Subur yang jadi kabar terhangat
saat ini. Oke lupakan Eyang Subur. Ini masalah yang paling parah yang terjadi
dikalangan anak-anak sekolah, dan itu termasuk gue. Miris banget, padahal pas
SD gue pernah denger pantun atau puisi, ah gue lupa yang intinya “Jika dapat
teman baru, teman lama jangan dilupakan” ah busuk itu ! Sebenernya sih ya bener
juga ya. Gue jadi bingung sendiri ini. Intinya
perpisahan 50% akhir dari segalanya. Apa ini?
***
Dari opini yang sesat ini, gue bermaksud untuk curcol, ya meskipun gue tau ini bukan
diari atau social media atau sejenis tempat untuk curcol, karna ini yang gue
alami jadi gue certain ini ke lo pada. Dari cerita gue diatas, udah ketauan
pasti gue mau nyeritain tentang sahabat gue. Tapi ga 100% tentang sahabat, gue
juga mau curcol gimana sakitnya dibohongi sama kelinci (baca : mantan ojek)
karena ketololan gue, alhasil gue menjadi buta! Tapi pada akhirnya gue
menemukan sosok bebek-bebek seperti mereka di putih abu-abu ini. Dan gue harap,
mereka akan selalu jadi Trending Topic In
My Life, tapi jangan sampai gue menemukan sosok kelinci seperti dia. Amin *Showeran
***
“Eh, gue sekelas lagi sama lo niye..” Luthfi, temen kelas
8F dulu, memulai percakapan kami. Setelah beberapa menit gue berdiam diri kaya
lagi bersemedi diatas bangku kayu. Ya maklum, kami tidak terlalu dekat, bahkan
sewaktu kelas 8 pun percakapan kami dapat dihitung seperti sedang mengitung
banyaknya pesawat yang parkir di lampu merah. Widih
“Hehe, iya loh. Jodoh kali yah?” gue jawab ramah ke
Luthfi. Sebenernya ini percakapan yang kaku, tapi gue coba buat melemaskan
percakapan kami dengan cara dipijat, eh maksudnya dengan sedikit canda.
“Enak aja jodoh, gue masih normal kali. Eh itu PBL (Anis
& Yulia) juga sekelas sama kita. So iyuwh banget yah” jawab Luthfi garing.
PBL (baca : Pecinta Bayu Lovers) yang anggotanya yaitu ada 4 orang, dan salah
duanya adalah Yulia sama Anis. Sebutan PBL sudah ditetapkan saat kelas 8 yang
isinya anak-anak biawak eh pelawak semua. Sejarah PBL itu sangat panjang, jadi
gue ga bias nyeritain itu disini. Kalau mau tahu sejarah PBL, lebih baik
bertanya pada tokohnya saja. Ini saran sesat, abaikan. Dan sampai kelas 9, efek
pemberian nama grup PBL masih berdampak pada mereka meskipun anak-anak 8F tidak
semuanya sekelas lagi. Hampir semua anak kelas 8F sebel sama tingkah mereka
yang konyol, centil dan suka cari muka, lah emang kamu ga punya muka yah? *eh
Nah maka dari itu, gue juga agak gimana gitu sama mereka, apalagi mereka satu
kelas lagi sama gue di 9E ini.
“Hah? What the…… Bakalan jadi garapan anak-anak 9E ini,
haha” gue ketawa garing.
“Iya tuh, si Yulia sama Anis endut sekelas sama kita
lagi. Oya Mut, lo duduk sama Beta ya?” samber Nining, temen SD gue yang
kebeneran sekelas lagi sama gue setelah 6 tahun satu bangku sama dia, ditambah
2 tahun sekelas sama dia. Jujur aja ya, bosen gue ngeliatnya. Untung gue gak
satu bangku lagi sama Nining yang notabennya anak pinter. Yap, gue satu bangku
sama Adia Beta yang terkenal sebagai anak cantik nan kaya. Gak kaya gue, yang
terkenal hanya karena tai lalat yang menclok di pipi kiri gue, miris banget
nasib gue.
“Iya gue sama Beta, lo sama Luthfi nih? Dadah, jangan
kangen sama gue ye ☺” gue agak girang. Dan pada saat itu, terjadi diskusi
panjang antara gue, Luthfi dan Nining. Apesnya, gue, Beta, Nining, sama Luthfi
duduknya satu barisan sama Anis dan Yulia. Apa itu berita buruk? Entahlah, yang
peting itu bukan berita kematian.
***
Selama 1 tahun gue duduk satu baris sama anak-anak konyol
ini. Tudingan gue bahwa PBL bakalan jadi makanan sehari-hari anak Saefers (baca
: 9E) itu ternyata salah. Malah PBL itulah yang memakan anak-anak Saefers. HAHA
Ternyata, duduk dibarisan anak-anak konyol ini adalah
suatu kemusyrikan, eh keasyikan maksudnya. Disaat anak-anak lain pada bengong
mendengarkan guru yang banting stir menjelaskan materi agar anak-anaknya
pinter, gue dan segerombolan anak konyol itu asik ngerumpi entah itu masalah
cewe, cowo bahkan bencong. Dari itu gue sadar bahwa perkataan orang bijak
selalu benar, “Jangan menilai buku dari covernya, tapi nilailah buku dari
isinya” soalnya sebelumnya gue sempet meragukan pendapat itu. Kalau covernya
jelek dan gak menarik, udah males buat dibaca (Sebenernya ini alasan kenapa gue
jarang buka buku pelajaran). Tapi setelah gue berpikir keras, ternyata pendapat
itu bener juga. Kami jadi semakin dekat, dekat dan semakin dekat. Kedekatan
diantara kita hanya sebatas teman, tidak lebih loh ya. Kami sering curhat
antara satu dan lainnya. Tau seluk beluk mereka, tau perasaan mereka, dan tau
apa yang menjadi Trending Topic
dipikiran mereka. Ya gue tau. Ini gue bukan seorang dukun cabut bulu loh, hehe . Dan mulai sejak itu, gue anggap mereka
sebagai “Kawanan Bebek”soalnya, gue dan mereka susah dipisahin, kekantin, WC,
pulang kami selalu bersama sama halnya bebek yang saling membuntuti dan
ketergantungan satu sama lain.
***
Masa-masa TK dan SD itu adalah masa-masa yang paling absurd yang pernah gue alami. Entah itu masalah kelakuan sehari-hari bahkan masalah hati. Nih, gue flashback sebentar, pasti dulu kalo lo suka sama seseorang, lo menganggap bahwa orang yang lo suka adalah pacar lo tanpa ada ritual menembak atau bahkan PDKT sedikitpun. Dan ternyata rata-rata setelah gue bertanya-tanya ke temen yang lainnya, merekapun mengalami hal serupa.
“Pacar kamu siapa?”
“Pacar aku Si Cebol yang ganteng itu”
“Ih itukan pacar aku?
“Bukan, itu pacar aku!”
“Yaudah, itu pacar kita ya” salaman. Itu tadi adalah random pertikaian. Jadi, dulu itu setiap
cowo atau cewe yang kita suka dapat dianggap pacar. Dan tentunya pacar mereka
adalah orang-orang yang tampan dan cantik. Baru sadar, kita pada masa itu
setolol dan sepolos itu.
Tapi, lama kelamaan gue paham, gue sadar kalau dulu itu
benar-benar masa yang absurd. Ga
semudah itu melabel seseorang sebagai pacar . Dan orang yang memiliki cinta
berat sebelah (baca : bertepuk sebelah tangan) adalah hal yang paling miris
sejagad raya. Orang bijak sih bilang kalau “Cinta itu tak harus memiliki” gue
yakin orang bijak yang bilang begituan adalah orang yang belum pernah ditolak
cintanya. Ah apa sih gue ini, ngomongin soal cinta bak seorang pujangga yang
pandai merangkai kata. Kayaknya bacotan gue kali ini sudah meluber kemana-mana.
Padahal gue mau cerita tentang pengalaman bodoh gue di kolam renang, kenapa
jadi cerita cinta? Itulah hebatnya cinta.
Beda dong masa SMP sama masa TK/Sd ! Gue udah mulai
remaja, udah tau mana yang absurd,
awkward, baik, buruk, lucu, garing, so sweet, bahkan gondok. Tapi yang gue
heranin, kenapa kebegoan gue masih samanya sama masa TK/SD. Iya gue bego,
bisa-bisanya gue dibohongin sama liar
yang hanya seekor kelinci nakal bikinan tuhan. Sebodoh itukah gue, sampai gue
gak bisa melihat apapun saat itu. Ya gue buta! Sebuta itukah gue, sampai gue
gak bisa merasakan apa yang seharusnya gue rasain saat itu. Ya gue gak peka!
Intinya saat itu gue kaya anak TK yang ditinggal Ibunya ke pasar yang mau
beliin mainan buat gue, dan gue kejet-kejet saat itu. HERAN GUE
***
Bau pesing adalah khas dari sebuah
jamban/toilet/WC/sejenisnya. Tapi, kok bau pesing itu juga terasa di sebuah
kolam renang. Aromanya bener-bener bikin ilfeel mau berenang. Gue udah janjian
sama Della, sahabat gue semasa TK dan SD sampai SMA hehe, janjian mau berenang
melepas rindu setelah beberapa bulan jarang ketemu alesan beda sekolah. Kami
benar-benar sangat dekat bahkan kami seperti dua bersaudara. Karna gue agak
lama gak pernah ke kolam renang itu, alhasil gue disana bener-bener mirip orang
yang namanya tertera di tiang listrik/tembok dengan judul “Dicari”. Bingung,
perasaan pas TK dulu bentuk kolam renangnya lonjong loh bukan kotak. Kepala gue
botak, mikir kemana gue harus ganti baju renang. Akhrinya setelah gue
muter-muter kayak gangsing, gue menemukan tempat buat ganti baju. Kebodohan gue
gak cuma disitu saja. Gue gak bisa berenang, gue beraniin diri buat berenang.
Alhasil gue gak kelelep karena gue ternyata berenang di kolam yang salah, kolam
tempat gue mencoba berenang ini dalemnya cuma selutut gue, gak heran kalo gue
gak kelelep.
Karena gue terlanjur malu, akhirnya gue bertekad gak mau
nerusin berenang, gue duduk termenung sembari melihat orang-orang tertawa lepas
menyambut dinginya air disitu. Dan yang ditunggu-tunggu kelihatan pula
akhirnya.
“Della ! Woy! Gue disini !!” teriak gue girang ngeliat
sahabat gue muncul dari permukaan air. Ternyata dia dateng lebih dulu dibanding
gue.
“Lama banget sih lo?! Gue udah hampir setengah membeku
disini loh Mut !” hajar Della ketus, soalnya gue dateng 5 menit lebih lambat
dari jam yang sudah kami sepakati.
“Sebenernya gue udah dateng dari tadi, tapi karena gue
males aja nyebur, akhirnya gue bengong dulu disini. Eh ternyata lo udah nyampe
duluan!” gue berusaha menutupi apa yang sudah terjadi tadi, yang sudah terjadi
karena kebodohan gue.
“Oh yaudah deh gak apa-apa. Yang penting sekarang kita
puasin renang ya.” Della mulai halus.
“Berenang? Gue kan gak bias berenang Dell. Lo lupa yah
kejadian dulu yang gue hampir mati muda dulu?” alasan yang tepat biar gue gak
berenang, jujur gue kesitu cuma mau ketemu Della aja, bukan berenang.
“Ohiya gue lupa. Haha lo lucu pas itu. Ekspresi lo yang
bener-bener alamiah membentuk sebuah goresan tawa dibibir gue!” ejek Della. Dia
mulai fashback soal yang tadi, soal
gue hampir Mati muda! Gue dan Della
mulai menyusun percakapan panjang. Entah itu percakapan absurd, awkward dan yang lainnya. Yang jelas gue nyaman saat itu.
“Liat deh, dia yang pake celana ijo (bukan kolor ijo loh
ya). Dia mantan aku Mut.” Della menunjuk kearah cowo yang pakai celana boxer
ijo, dengan rambut cepak dan perawakan yang tinggi dan besar. Ya itu mantan
Della, yang cuma merasakan kebahagiaan bersama Della dalam waktu 3 hari saja.
Gila, Della bukan tempat penitipan hati woy?!!
“Oh itu kolor ijo? Eh boxer ijo maksudnya. Ya gue liat, cakep ya. Hehe mantan kan bukan
pacar?” jawab gue ngasal. Sebenernya gue gak melihat jelas yang ditunjuk sama
Della, gue cuma mau nyenengin hati dia dan mantanya. Ceilah..
“Ciye yang naksir. Haha becanda Mut! Yaudah gue berenang. Mau ikut gak nih? Gue ajarin!” ledek Della yang keliatan semangat mau kelelep.
“Ciye yang naksir. Haha becanda Mut! Yaudah gue berenang. Mau ikut gak nih? Gue ajarin!” ledek Della yang keliatan semangat mau kelelep.
“Ogah ah diajarin lo. Bisa-bisa gue pulang cuma tinggal
nama. Rugi !” gue jawab dengan nada nakal. Tapi pada akhirnya gue mau nyebur ke
kolam itu. Sumpah dingin banget. Kalau terlalu lama berendem di kolam ini,
mungkin gue bisa berubah penampilan menjadi seorang nenek-nenek perkasa muncul
dari permukaan air. Gue sadar gue lebay. Lupakan.
Meskipun gue gak bisa berenang, gue berusaha biar gue gak
kelelep sia-sia disini. Gue mencoba gaya anjing ! dan itu konyol abis.
Tiba-tiba si kolor ijo, itu tuh mantannya Della, deketin gue sama Della.
Katanya sih pengen ikut gabung gitu. Ya akhirnya kami main air bersama-sama. Gue
sempet memperhatikan mukanya, ganteng juga yah hehe. Setelah beberapa jam kami
bermain air, gue dan Della memutuskan untuk menyudahi permainan anak TK ini.
Dan perasaan gue ke celana ijo itu sangat aneh. Gue ngerasa dari tadi dia
ngeliatin gue terus. Gue jadi gak pede nih, kayaknya gue bener-bener berubah
jadi nenek-nenek yang keriput nongol dari permukaan air. Tapi perasaan gue juga
berpikir nanti dia bakalan minta kenalan sama gue . bukan kenalan mau PDKT,
tapi kenalan mau tanya-tanya kok gue seorang nenek-nenek bisa sehebat itu
nyebur di kolam ini. Dan itu terbukti halal kebenarannya!
Ternyata! Perasaan gue bener! Terbukti 100% kalau dia
bakalan minta kenalan sama gue. Dua hari kemudian setelah bermain bersama di
kolam (ciyee) dia ngirim surat elektronik ke gue. Gak nyangka aja, kali ini
feeling gue ada benernya juga, biasanya feeling gue itu bikin sesat. Lama
kelamaan gue dan dia semakin deket, dan karena gue termasuk cewe yang peka
terhadap perasaan, pada saat itu jutaan neutron bergabung dan membentuk sebuah
aliran pemikiran yang aneh, gue yakin dia suka sama gue at first sight ☺ Ciyee.
Pemikiran yang aneh, tapi bener ! First sight gue sama dia ya di kolam renang
itu. Dan dugaan gue bener, setelah beberapa bulan dia ngedeketin gue gitu, dia
bilang katanya dia suka gue at first sight. Dan dengan konyolnya gue jungkir
balik di lantai sambil bilang “Gue juga suka sama lo!” yap, pada saat itu gue
juga ngasih hati ke dia. Pada saat itu adalah hal terindah , tapi kalau
dipikir-pikir sekarang itu adalah hal
terkonyol dan terbodoh yang pernah terjadi selama ini. Yaelah ngomong apa gue
ini -_-“
***
Tentu aja gue certain dengan detail, apa yang udah
ngebuat gue senyum-senyum sendiri di depan layar telepon genggam gue ke kawanan
bebekku.
“Ceilah, Mut! Lo udah gila yah? Nyengir-nyengir sendiri
gitu! Gue takut ah deket-deket lo” si Anis deketin gue dan ngelongok muka gue
yang memerah ketauan lagi smsan sama si celana ijo.
“Ah lo Nis, kayak ga tau gue aja. Gue kan emang gila. Hush,
jauh-jauh deh dari gue” gue mencoba membela diri dengan sekuat tenaga dan
pikiran gue.
“Eh ngambek niye. Maap dah Mut. Smsan sama si celana ijo
itu yah?” jawab Anis sok tau dan ya emang tau.
“Bukan, tapi sama kolor ijo. Hihi” ledek gue ke Anis.
Semua kawanan bebekku sudah tau kalau aku sudah taken. Mereka mendukung kok aku pacaran
sama celana ijo itu. Dan emang kebeneran kami semua sudah taken (baca : punya pacar) saat itu. Emang, kita bener-bener
senasib sepenanggungan.
“Eh Mut, Nis. Kita belajar bareng yuk di rumah gue. Mumpung
nanti pulangnya lebih awal. Gimana?” tiba-tiba Luthfi ikut nimbrung membuat
percakapan baru dan pembahasan baru.
“Iya, gue, Luthfi sama Yulia mau belajar bareng nih
nanti. Lo harus ikut ya?” si Nining juga ikut-ikut nimbrung, membujuk gue sama
Anis dengan semangat 45.
“Okedeh gue ikut. Dan so pasti Anis juga ikut. Ya ngga
Nis?” jawab gue sambil menepuk pundak Anis yang lebar dan empuk bak ayam
kalkun. Ups keceplosan Nis, sorry ya.
“Iya dong pasti!” Anis bersemangat.
Ya ini sudah menjadi rahasia umum kalau cewe itu suka
ngerumpi/ngegosip. Niat mau belajar bareng, malah jadi ngerumpi gak jelas tentang
pacar, temen, guru, atau bahkan tukang mulung. Cerita kesana kemari gak ada
habisnya. Ketawa-ketiwi gak berenti-berenti. Makan ini itu gak kenyang-kenyang.
Lebih baik kita curhat-curhatan.
“Eh eh eh, guys. Mukhlis sms gue nih! Semalem gue berantem
sama dia gara-gara satu hal. Mandi !” teriak Anis kegirangan.
“Eh si celana ijo sms gue juga nih. Yang semalem habis
nembak gue” samber gue dengan muka datar.
“Eh Najib sms gue juga nih. Dia bilang I love you :* “
Yulia ikut-ikutan ngeledek Anis.
“Eh Alvian
juga sms gue loh. Tapi sms kosongan” Nining menunjukan ekspresi memelas.
Hanya Luthfi yang gak punya cowo
saat itu. Ya, dia itu anak soleh, mungkin. bukannya di gak laku, tapi kata dia,
dia gak mau pacaran dulu. Ya begitulah katanya. Dan diantara gue, Anis, Luthfi,
Yulia dan Nining, kisah cinta Nininglah yang paling miris, dramatis dan absurd.
Jadi, Nining itu pacaran sama temen
gue dan Nining waktu SD dulu. Namanya Alvian. Dulu tuh ya, Alvian anaknya bego
banget. Ups, sorry gue frontal ya. Nulis aja harus di eja
perhuruf. Maka dari itu temen-temen sekelas gue dulu paling suka ngeledek
Alvian (sumpah gak nyambung banget). Dia sering dicubit, dibully, bahkan disiksa sama temen-temen cowo dulu. Pas SD mah gue
belum punya rasa iba, jadi gue have fun
aja ngeliatin si Alvian disiksa. Malah dulu gue berfikir penyiksaan itu adalah
sebuah hiburan semata. Nah gue sadar betapa begonya gue saat itu. Karna gak
kuat sama kelakuan temen-temen, Alvian akhirnya pindah sekolah. HAHA malang
banget nasib dia. Nah, gara-gara Nining pacaran sama mantan anak bego pas SD, gue, Anis, Yulia sama Luthfi seneng
banget ngeledek Nining. Karena gak kuat sama ledekan kami, dia memutuskan untuk
tidak berhubungan lagi dengan Alvian. Sumpah, gue dan kawanan bebek bener-bener
merasa bersalah dan tentunya minta maaf sama kelakuan kami. Kasihan banget ya
si Nining.
***
Di rumah Luthfi lah, kami
benar-benar merasakan tali persahabatan yang sangat erat. Kami tak mau berpisah
dengan cepat. Kami tidak rela bahwa kami akan berpisah dalam waktu yang dekat.
Di tempat ini pula kami menuangkan perasaan. Kami melukiskan bejuta-juta kisah.
Kami mengkisahkan beribu-ribu candaan dan tawa yang membuat suasana menjadi
cair dan abnormal. Benar, kami tak mau berpisah.
Sebentar
lagi perang naluri dan batin akan dimulai. Siap gak siap gue harus bisa menghadapi
UN dengan hati tenang tanpa beban. Karena gue dan kawanan bebek gue kemarin-kemarin udah refreshing jadi kami udah lumayan seger lagi. Gak ada yang namanya
stres, depresi atau gila atau apa itu yang sejenisnya. Kami tak mau memiliki
beban pikiran yang banyak. Jadi kami buang jauh-jauh masalah yang menimpa.
Apalagi pada saat itu, kami masing-masing memiliki alasan yang tepat buat
semangat belajar. Ya, seseorang itu. Entahlah, tapi yang gue tau itu alasan
yang tepat. Gue sadar ini perbincangan yang kaku. Lupakan
Gue
kadang berharap, setelah lulus nanti, kawanan bebek gue gak akan pernah putus
tali persahabatan kita. Hahaha gue bener-bener lebay sekarang. Tapi bener, gue
merasa miris banget kalau nantinya kami lupa satu sama lainnya. Gak bisa
dibayangin kalau gue nanti ketemu mereka di keadaan, waktu, dan sifat yang
berbeda. I can’t imagine that. Terserah
lo pada mau ngomongin gue lebay, alay, hype,
atau bahkan gila, terserah. Intinya pada saat itu gue gak mau kehilangan sosok
kaya mereka. Emang hidup itu pasti ada yang datang, ada yang pergi, dan gue gak
tau kapan itu akan terjadi. Mungkin sekarang. Atau bahkan kemarin? Gue gak
begitu paham. Jujur, kadang kalau gue lagi belajar buat persiapan UN, tiba-tiba
aja mata gue ngeluarin cairan putih hangat yang gak bisa dibendung. Yaudah deh,
gue bilang, gue nangis! Gue, dan mereka. Gue dan mereka. Gue dan mereka. Itu
tuh yang jadi Trending Topic di otak
gue waktu itu. Gue berharap tuhan mau menghentikan waktu saat itu juga. Biar
gue bisa ngerasain hangatnya bersama mereka. Ih gue lebay banget sumpah.
***
Hubungan
gue sama si celana ijo itu makin lama makin merenggang. Gue gak tau
hipotesisnya. Dan gue berusaha untuk bersikap biasa aja sama hal konyol seperti
ini. Setelah UN, si celana ijo itu udah jarang SMS gue. Sekali SMS, cuek jutek
dan kaya ketek. Ah, sebenernya gue gak mau nyeritain alasan kenapa kami putus
saat itu. Ya, berawal dari mimpi. Dulu gue pikir, itu adalah mimpi buruk. Tapi
sekarang gue berpikir itu adalah sebuah wangsit setelah berjuta-juta tahun
bersemedi di kolong jembatan. Oke, ini tandanya tuhan masih sayang sama gue. Di
dalam mimpi, dia memutuskan hubungan kami lewat social media. Sumpah, itu bukan cara yang sopan buat memutuskan
seorang cewe manis kayak gue. Gue beneran gondok sama dia, dalam mimpi sih
kayak gitu. Tapi entah ini kebeneran, kesengajaan Tuhan, atau apa? Get the funk off, dalam keadaan nyata
ini, dia beneran memutuskan hubungan kami lewat facebook ! Kali ini gondok gue udah kelewat batas. Gue gak tau
alasan dia kenapa dia tega ngelakuian hal jahanam ini ke gue. Ya sejujurnya
*ceilah, gue masih sayang ke celana ijo itu, tapi apa daya, dia sudah berubah
menjadi seekor power ranger, eh maksud gue berubah menjadi seorang zombi atau
monster yang jahat yang beraninya cuma ke seorang cewe. Dan sejak saat itu, gue
sama celana ijo udah gak ada hubungan apapun. Dan gue gantung diri. Amit amit
dah.
Apapun
yang terjadi sama gue, pasti gue ceritain ke kawanan bebek gue. Termasuk
masalah perasaan gue, celana ijo tapi bukan celana dalem loh ya.
“Apa?
Dia sejahat itu ke elo?” teriak Yulia kaget ngeliat mata gue agak bengep kayak
habis dikeroyok masa.
“Tau ah
gelap! Gue gak peduli sama dia lagi. Udah jangan bahas dia lagi ah, gue mules
tau” jawab gue membela diri. Iya, mata gue bengep gara-gara si celana ijo ini.
Bego banget gue nangisin seorang monster jahat kayak dia, najis. Tapi
kenyataanya gue nangis guys!
“Halah,
gue tau kok lo sedih banget kan diboongin seorang celana ijo semacam dia. Tapi,
gue heran loh. Bisanya mimpi lo itu jadi sebuah kenyataan bodoh dengan cara
nepuk pundak gue, atau malah nyiksa gue dengan pukulan kuat yang dilakukan
Anis. Ini keren.
“Iya,
gue tau lo udah berpengalaman kayak beginian. Tapi, gak usah nyiksa gue kali.
Sakit tau dipukul Nis. Kaya badan lo gak gede aja ah” gue mencoba menghibur
diri lewat sedikit candaan garing ini.
“HAHAHA,
udah jangan dipikir lagi Mut. Berarti sekarang lo udah jomblo, sama deh kayak
gue. Oya lo udah tau cerita tentang Yulia? Dia juga senasib kayak lo. Jadi
tinggal Anis yang belum jomblo nih. Longlast
ya Nis ;))” Nining mencoba ngehibur gue juga. Ternyata Yulia juga jomblo juga,
dia putus gara-gara si Najib ternyata selingkuh. Dramatis banget ceritanya
Yulia. Tapi gue lebih dramatis.
“Yah, akhirnya si Yulia
putus juga. Selamat bergabung di jomblo mania ya Yul. Dan Anis, semoga longlast ya.” ledek gue ke Anis yang
saat itu belum bisa bergabung di perkumpulan jomblo mania, karena dia masih
berstatus memiliki pacar.
Mereka mencoba mneghibur
gue, bikin gue bisa senyum lagi. Dan mereka berhasil bikin gue senyum manis
lagi, mereka berhasil, ya berhasil. Terima kasih banyak bebek-bebek, kalian
emang yang paling ngertiin perasaan gue.
Permasalahan gue sama si
celana ijo itu belum selese. Gue masih belum tau, kenapa dia tiba-tiba merubah
statusnya dari berpacaran menjadi lajang. Setelah gue mancari tau, ternyata dia
punya cewe yang umurnya lebih tua dari gue. Della juga ngasih gue satu poin
jelek tentang celana ijo itu, si celana ijo adalah seorang playboy cap jengkol
yang punya mantan 19, dan gue adalah mantan yang ke 20. Mungkin dia ngadain
syukuran, merayakan kesenangan dia yang telah memiliki mantan 20, gue harap gue
diundang, tapi ternyata dia lupa sama gue. Miris. Pantes aja dia tega sama gue.
Setiap ngeliat cewe yang cantik, matanya jelalatan. Setelah 2 minggu putus, si
celana ijo itu minta balikan sama gue?!!
Omegat banget, gak semudah itu ngedapetin gue lagi. Dasar playboy cap
jengkol, yang bisa berubah menjadi seorang power ranger dan dengan cepatnya
berubah mejadi seekor monster zombi yang mengerikan. Sedih gue nulis beginian
tentang dia.
***
“Gue harap kita masih bisa
ketemu dan berkomunikasi sama lo. Gue harap lo jangan pernah lupain kebahagiaan
kita, canda tawa kita. Gue harap lo semua bahagia” Luthfi nangis bombay pas
perpisahan kelulusan. Kami berpelukan, saling menggenggam tangan, dan semuanya
menangis. Ini hal yang paling menyedihkan, dimana kita ditakdirkan untuk
berpisah. Dan hal yang paling menyedihkan lagi, kami memiliki tujuan sekolah
yang berbeda-beda. Gue mau sekolah di SMAN Ajibarang, Anis sekolah di SMAN 5
Purwokerto, Luthfi ngelanjutin di Boarding School di Jogja, Yulia ngelanjutin
di SMK 1 Purwokerto, dan Nining, dia yang paling ngenes cerita hidupnya. Dia
anak pinter tapi karena keterbatasan biaya, dia niat mau bekerja setelah lulus
SMP nanti. Berkat bujukan gue dan kawanan bebek gue, akhirnya Nining
disekolahkan di SMA Ma’arif Ajibarang, gue bersyukur banget dia bisa
ngelanjutin sekolahnya.
Sedih banget gue berpisah
sama kawanan bebek gue yang baik, lucu, imut, manis, segalanya deh. Gue
kepengin satu sekolah lagi sama mereka, tapi gak bisa. Kami masing-masing
memiliki tujuan hidup, pemikiran dan keinginan yang berbeda-beda. Sulit untuk
dipahami. Apa daya, yang harus gue lakukan di sekolah baru adalah mencari sosok
kaya mereka, tapi jangan coba buat move
on dari mereka. Gue gak akan pernah ngelupain mereka, nerver ever. Tapi dikenyataan, mereka lupa sama gue. Mereka udah
nemuin cerita baru lagi. Mereka bukan move on, tapi mencari pengganti. Gue
maklumin hal ini terjadi. Kami sudah tidak berkomunikasi lagi.
Sibuk sama urusan masing-masing.
Dan yang gue sayangkan, apa mereka masih inget sama gue? Gue harap, masih J
***
Di putih abu-abu ini, gue
harap gue bisa menemukan sosok seperti mereka. Dan gue berhasil menemukannya
*salto di menara Eifel*. Gue nemu sosok kawanan bebek gue di kebon
tela/singkong. Gue bukan nemu singkong buat dimakan ya, tapi gue nemu
orang-orang yang asik dan gila di SMA sama halnya kawanan bebek gue waktu SMP.
Malah gue pikir, kawanan bebek gue yang baru ini lebih konyol, gila, setres,
dan menantang. Tapi gue nyaman berada bersama mereka. Yap, anak-anak OSIS. Gue
ikut organisasi OSIS dimana didalamnya banyak terdapat anak-anak yang memiliki
kemampuan yang berbeda-beda. Bahkan, disini terdapat King Of Trojan dan Queen Of Trojan, dan gue males mbahas tentang
mereka. Gue berharap juga, kalau merekalah sosok kawanan bebek yang gue cari
selama ini. Biarain gue hype. Mereka
gila, gue juga ikut gila. Mereka jatuh, gue cuma bisa ngetawain. HAHA kadang
egoisme sangat berlaku disini. Dan itu hal yang paling gue benci. Tapi gue
nyaman.
***
Selain nyari sosok kawanan
bebek yang kalau dibuang itu sayang, gue juga mencari sosok shoulder to crying on, ini bukan sedang mencari jodoh, pacar atau
musuh. Tapi gue pengin punya seseorang yang gue sayang dimana bisa menjadi
tempat buat nangis bombay. Ya pokoknya, intinya kayak begitu. Dan hal yang
terakhir pengen bilang ke kawanan bebek gue, jangan buang cerita, carutan tawa,
jutaan kebahagiaan, dan banyaknya kesediahan yang membekas, jangan dibuang, sayang! JJJ
*garuk perut*
Label: Cerpen Teenlit