Gak Perlu Cantik
Selasa, 06 Agustus 2013 | 0 comments
Gak Perlu Cantik
(Cinta ≠ Sandiwara)
Karya : Mutiah Karim
“Ma, cantik-cantik dan tampan-tampan sekali ya?”
seorang anak kecil yang umurnya baru 5 tahun yang sedang asik menonton film
bersama seorang malaikat. Ya, sebutan bagi kaum Mama, bertanya pada Mamanya.
“Iya
sayang. Nanti kalau kamu sudah besar, kamu juga akan cantik seperti mereka”
jawab Mamanya mencoba menyenangkan buah hatinya sambil mengelu-elus rambut
tipis anankya. Suasana hangat sangat terasa disini.
“Ma,
apakah mereka disana akan baik-baik saja? Kalau mereka mati, kasihan sekali aku
tak akan pernah bertemu dengan mereka, padahal aku ingin melihat mereka” anak
kecil itu kembali bertanya dengan polosnya saat film itu menayangkan tokohnya
meninggal dunia. Mamanya hanya tersenyum kemudian terdiam.
Sewaktu
kecil pasti kamu tak tau arti sebuah sandiwara. Sandiwara kehidupan. Kamu
berfikir seorang tokoh film yang tewas tertabrak mobil didalam ceritanya, itu
sebuah kenyataan. Kamu pikir itu benar-benar terjadi. Padahal itu hanya sebuah
akal-akalan manusia untuk menipu daya, mendramanisir cerita tersebut. Heh,
hanya tawa datar yang ku lontarkan ketika mengingat semua itu. Tak bisa
kubayangkan jika semua itu benar-benar terjadi. Tak akan ada film, tak akan ada
sandiwara pula. Menepis sebuah harapan, bahwa didunia ini penuh dengan
sandiwara. Semua serba sandiwara. Dimana-mana sandiwara. Bahkan bersekolahpun
adalah sebuah sandiwara. Jika kamu tak percaya, carilah jawaban itu dibalik
sebuah sandiwara teman-teman dan guru-gurumu.
***
Rima
memang terlahir sempurna. Hanya saja dia tak secantik tokoh film favoritnya. Dia
bersyukur telah diberikan kesempurnaan hidup di dunia yang indah ini. Dia
sangat mensyukuri itu. Rima seperti
hidup disebuah ilusi dan fatamorgana. Tapi dia menyukai ini. Tak sepenuhnya dia
bersyukur atas pemberian Tuhan yang amat berharga tapi tak bernilai jika hanya dipandang sebelah
mata.
Dunia
maya. Tentu sudah tak asing lagi di telinga kita jika kamu mendengar kata “dunia
maya/dumay”. Disinilah tempat yang SANGAT tepat untuk BERSANDIWARA. Disana
banyak terdapat aktor dan aktris gadungan. Banyak terdapat kejahatan rohani.
Dan masih banyak kejahatan-kejahatan yang
terjadi karena dunia maya. Hampir semua orang memiliki akun facebook ataupun
twitter. Yap, sebuah social media untuk mempermudah komunikasi dalam jarak
jauh. Tapi beberapa orang menyalahgunakan akun-akun tersebut.
Rima tentu memiliki akun facebook,
bahkan sejak dia kelas 7. Saat dia masih ingusan. Dia berharap di dunia mayalah
dia dapat menemukan seseorang, ya minimal seseorang yang menyukai dia. Kadang Rima iri dengan teman-temannya di
dunia maya tersebut. Mengapa mereka secantik dan setampan artis idolanya.
Sungguh dia iri, Dan bodohnya, dia tak tau ini hanyalah sebuah pembohongan
publik, ternyata semuanya tak nyata. Hanya MAYA! Ya dia tau ini hanya dunia
maya, setidaknya mereka menggunakannya bukan untuk bersandiwara.
***
Rima
mewarnai rambutnya dengan cat warna rambut. Dia beri kontaklens dikedua
matanya. Dia putihkan kulit sawo matangnya. Dia poleskan lipstick dikedua bibir
tebalnya. Dan dia langsingkan tubuh gempalnya yang ramping. Ya semuanya sudah
sempurna. Hanya tinggal menunggu saatnya.
“Mereka akan menyukai ini. Aku jamin
mereka akan berkomentar bagus tentangku. Dan aku siap-siap untuk menjadi artis
dadakan. “ ucap Rima dalam hati. Dia sangat puas dengan suntingan fotonya yang
sangat Perfectionist & looking good
Setelah dia upload semua fotonya di
facebook, banyak yang komentar kalau dia cantik, manis, imut atau apalah itu
yang intinya membuat Rima terbang melayang-layang. Dia sangat bangga dan puas
atas semua itu.
“Hi
cantik, boleh kenalan? Aku Mayun, kamu siapa?” seorang lelaki, ya lumayan
tampan dilihat dari foto profilnya.
“Hi
juga. Aku Rima, salam kenal yah” jawab Rima. Sebenarnya tak hanya Mayun yang
mengajak Rima berkenalan, masih banyak lagi. Namun Rima memilih Mayun untuk
diceritakan. Dia lebih nyaman dengan Mayun. Entah mengapa, dia merasa Mayun
adalah spesialnya.
Mereka
semakin hari semakin dekat. Mayun sangat perhatian ke Rima, begitu juga
sebaliknya. Mayun itu ternyata lebih muda dari Rima satu tahun. Mereka saling
menyukai satu sama lain—mungkin. Apa ini sandiwara? Mungkin bukan, mungkin iya.
Yang jelas mereka saling jatuh cinta meskipun belum saling melihat di dunia
nyata.
Rima
ternyata tak hanya jatuh cinta dengan Mayun. Dia ternyata juga sedang suka
dengan seseorang. Teman dari temannya. Rima dan Jaya juga saling suka. Ah ini
memang cerita konyol. Rima tak dinyatakan ‘selingkuh’. Dia tidak selingkuh.
Karena Rima belum milik siapa-siapa. Milik Mayun maupun Jaya. Tapi bagaimana
kalau Jaya dan Mayun menyatakan cintanya dalam satu waktu. Apa yang akan
dilakukan Rima? Padahal Rima meyukai keduanya. Menyayangi keduanya. Mencintai
keduanya. Itu akan menjadi pilihan yang sangat berat. Seperti ‘siapa yang akan
kau pilih untuk diselamatkan terlebih dahulu,
ibumu atau ayahmu jika mereka akan tenggelam di lautan?’ dan dimana ada
pilihan pasti akan ada keputusan. Dan keputusan itu akan menimbulkan
konsekuensi yang harus diterima. Itu benar~
Yang diinginkan Rima telah mejadi
kenyataan. Mayun menyatakan cintanya melaui pesan singkat. Tapi, yang Rima
inginkan lagi Jaya menyatakan cintanya. Itu semua terjadi pada hari yang sama,
jam yang sama, menit yang sama, dan detik yang berbeda. Itu terjadi. Rima tak
menyangkanya. Semua itu terjadi pada menit yang sama. Kadang jika mengingatnya
kembali, ini bahkan akan menjadi cerita yang mustahil. Tak masuk akal. Tapi ini
benar terjadi. Ini nyata! Dan apa keputusan Rima? Apa dia memilih salah satu
diantara dua orang terbaiknya. Bagi Rima, ini sangat sulit untuk memilih. Jika
ada kantong ajaib disitu, mungkin Rima ingin meminta neraca cinta. Ya neraca
cinta, agar dia bisa menimbang cintanya. Ah ini syirik.
Akhirnya
Rima telah memiliki keputusan. Tanpa ada neraca cintapun, dia bisa menentukan
pilihannya. Sayangnya ini pilihan yang
bodoh. Rima memilih keduanya untuk menjadi orang spesial dalam hidupnya pada
saat itu. Rima memiliki dua kekasih dan itu konyol sekali.
“HAHAHA,
Oh Tuhan sudah berapa dosaku saat ini? Sandiwara
apa ini? Aku suka ini, tapi aku juga benci ini” Rima menahan tawanya dan
berubah menjadi orang yang merasa memiliki dosa
paling banyak di dunia ini.
“Aku
sayang kamu”
“Aku
sayang kamu”
“Aku
sayang kamu BERDUA!”
Rima menjalani harinya dengan perasaan
bahagia. Dia memiliki orang spesial di dalam hidupnya sekarang. Sekaligus
mendapatkan dua. Rima memang hebat. Namun Rima semakin hari semakin bingung dan
takut. Bingung bagaimana caranya menyiasati agar antara Mayun dan Jaya tidak
curiga pada Rima tentang perselingkuhanya. Rima mengaku bahwa dia hanya
mencintai seseorang saja. Tentu mereka.
Sering
kali diajak oleh Mayun maupun Jaya untuk bertemu bertatap muka., Rima selalu
menolak ajakan mereka. Entah apa alasannya, dia merasa akan ada firasat buruk
terjadi pada hubungan mereka jika mereka bertemu. Rima tak punya nyali untuk
dikatakan sebagai seorang pecundang. Lebih tepatnya seorang pembohong yang
pecundang. Dia sangat takut akan hal itu. Mayun dan Jaya mencintai orang yang
salah. Tak tau apa yang dipikirkan Rima saat itu.
Teman-temannya di sekolah tak ada
satupun yang tau tentang Rima ini. Termasuk teman sebangkunya. Rima tak
menceritakan tentang Mayun dan Jaya kepada siapapun. Termasuk antara Mayun dan
Jaya. Rima takut dibilang pembohong besar. Benarkah Rima mencintai mereka?
Apakah caranya seperti ini mencintai orang?
Berbulan-bulan menjalani kisah cinta
yang aneh, akhrinya bingungpun melanda. Apa yang harus dilakukan Rima. Apa yang
harus Rima putuskan. Dia sudah sangat jenuh dengan sandiwara busuknya. Dia
merasa menyesal. Tapi bagaimana caranya? Dan akhirnya Rima menemukan titik
jawaban. Dia akan memutuskan keduanya untuk kebaikan mereka. Rima telah
menimbang matang-matang apa yang akan diputuskannya nanti. Dia rela kehilangan
Mayun dan Jaya. Sudah sangat rela. Dia akan mengakhiri sandiwara konyol ini.
Dan jika sudah tepat pada waktunya, Rima dengan keyakinannya memutuskan
keduanya.
“Selamat tinggal Mayun dan Jaya. Semoga
kita bisa menjadi sahabat. Dan aku harap kita akan tetap mejaga komunikasi. Aku
sudah rela. Sudah sangat rela. Aku menyayangi kalian!”
Kini saatnya Rima melupakan dua orang spesialnya.dan memulai kehidupan yang
baru tanpa ada sandiwara dibaliknya. Dia tak ingin pikiran buruk terus
menggila. Namun Rima hebat, Mayun dan Jaya tak mengetahui sedikitpun kebohongan
tentang dirinya. Membohongi mereka?
***
Kisah cinta ini hanyalah sandiwara. Rima
tak menyayangi Mayun maupun Jaya. Dia hanya ingin merasakan bagaimana rasanya memiliki
seorang yang spesial. Namun ternyata sandiwara bukanlah cara yang tepat untuk
bereksperimen tentang hati. Mungkin Rima merasa bahwa dialah orang terjahanam
di dunia ini—mendusta. Semua kalimat yang diceritakan oleh Rima adalah bohong.
Dia merangkai semua percakapan, dan mengimbuhkan berbagai kalimat khayalnya.
Rima tak pernah mau mengiyakan ajakan Mayun atau Jaya untuk bertemu. Ya, pada
wajarnya, orang pacaran ya mesti sudah saling bertemu dan mengenal. Rima tak
akan pernah mau mengambil resiko buruk itu. Dia tak ingin Mayun atau Jaya
mengecapnya sebagai pembohong besar. Mengapa pembohong besar?
Rima menedit foto dirinya dengan sangat
lihai, hasilnya yang begitu menarik dan membuatnya tampak LEBIH cantik membuat
lelaki banyak yang jatuh cinta padanya. Tapi itu semua sudah busuk. Rima merasa
itu adalah pembohongan publik. Rima yang nyata adalah Rima yang bertubuh
gempal, berkulit hitam manis dan tak cantik. Jauh berbeda dengan Rima yang
maya.
Rima adalah salah satu murid yang
pendiam di kelasnya. Dia agak kuper dan tertutup. Maka dari itu Rima memilih
dunia maya untuk menyenangkan dirinya dan memilih dunia maya sebagai tempat
yang pantas untuk bersosialisasi. Tidak di rumah, di sekolah, di kelas atau
dimana-mana. Hanya di dunia maya dia merasa nyaman. Karna sekarang dia sudah
merasa begitu terkenal di dunia maya. Namun tak berbeda dengan dunia maya, di
dunia nyata pun Rima menginginkan seseorang yang nyata, yang berwujud, menyukai
dia apa adanya. Rima ingin sekali suatu saat ada lelaki yang menyatakan cintanya
secara langsung di sekolahnya. Dia pikir itu mustahil. But hey, nothing’s imposible Rima! Rima menyukai Rama, teman laki-laki satu kelasnya. Dia suka
mencuri-curi pandang pada Rama. Rama adalah temannya sejak dia sekolah dasar.
Dan Rima menyukai Rama sejak awal pendaftaran sekolah dasar. Sekitar 9 tahun
yang lalu. Cukup lama cerita cinta pertamanya. Namun Rima tak tau apakah Rama
juga menyukainya. 9 tahun lamanya Rima menutupi perasaanya. Tapi ini entah
cerita simpang siur atau memang nyata. Sewaktu sekolah dasar, Rama juga
menyukai Rima, namun karena malu untuk menyatakannya, Rama berusaha mengubur
dalam-dalam perasaannya. Entah itu benar atau tudak, setidaknya Rima sudah agak
merasa senang. Tapi keadaannya sekarang berbeda. Rama bukanlah Rama yang dulu.
Yang ‘katanya’ menyukai Rima. Diam-diam Rima membuka buku catatan Matematikanya
Rama, dan membaca halaman bagian belakangnya.
“Aku benci Rima !!!!!!” tulisan itu
terpampang jelas dibagian belakang buku Rama. Jelas Rima kaget dan dia sangat
kecewa. Mengapa Rama membenci Rima? Apa yang telah dilakukan Rima selama ini
sampai Rama membencinya seperti ini? Rima sangat sedih. Maka dari itu Rima
mencoba mencari lelaki yang bisa membuat kekecewaan hatinya menghilang. Dan
sejak saat itu Rima sudah mulai melupakan Rama. Kemudian datanglah Mayun dan
Jaya dan mereka berhasil membuat Rima tersenyum dan melupakan Rama—sementara.
***
“Rima,
kamu duduk sama Rama untuk hari ini saja. Aku ingin duduk sama Juni. Oke?”
teriak Mella yang sambil menaruh tas di atas mejanya Rama dan Juni. Mella
adalah teman sebangku Rima satu tahun ini. Mereka sudah seperti kakak beradik.
Namun tak ada hujan tak ada badai, Mella ingin duduk bersama Juni, teman
sebangku Rama. Tentu Rima sangat shock dengan permintaan Mella. Tapi apa daya,
Mella yang tubuhnya lebih besar dibanding Rima itu terus memaksa dan Rima hanya
mengalah.
“Oke,
ini Cuma satu hari saja kan? Gak lebih loh yah” Rima memohon pada Mella. Dan
mereka sudah saling setuju. Rima adalah anak yang pemalu, apalagi jika dia
sedang berdekatan dengan seorang laki-laki. Dia mati kutu tak bisa bicara
apapun saat itu, makannya dia tadi menolak permintaan Mella. Tapi kali ini,
Rima mencoba bersikap bisa saja, lagian dia juga duduk disebelah Rama, cinta
pertamanya yang telah terlupakan. Tetapi tetap saja ini
akan menjadi adegan canggung dalam hidupnya. Dan entah kenapa, kelakuan Rama
saat itu benar-benar aneh. Dia mau mengajak Rima mengobrol dan bercanda. Ini
aneh.
“Rama.
Aku kemarin membaca tulisan dibelakang buku matematikamu. Disitu ada
tulisan……………..” Rima tak melanjutkan kata-katanya.
“Oh
tulisan itu. Itu alasan kenapa Mella minta duduk sama Juni.” Rama tersenyum
manis pada Rima.
“Hah?
Kok gitu? Bukannya kalau benci itu malah mau menjauh bukannya mendekat seperti
ini?” Rima kebingungan dengan perkataan Rama.
“Loh?
Aku gak maksud sama perkataan kamu. Maksud kamu tulisan ‘Aku Benci Rima!!’ itu
kan?” Rama membalikkan pertanyaan.
“Iya
Ram. Kamu benci aku kan? Aku bingung ini Ram.” Rima tambah bingung.
“Ohahaha…”
Rama tertawa lepas. Sangat lepas. Dia kelihatan tampan dan lebih manis. ‘Oh
tuhan aku ingin menghentikan dunia ini hanya untuk melihat senyumannya yang
indah ini’ Rima memohon didalam hatinya.
“Kenapa
Rama? Malah ketawa. Ihh” Rima mulai jengkel.
“Aku
benci Rima. Aku Benar-benar Cinta Rima” kata Rama pelan-pelan berbisik tak jelas.
“Apa
Ram? Kamu barusan bilang apa? Aku gak denger deh” Rima memastikan kalimat yang
dia dengar samar-samar.
“Aku
bener-bener cinta Rima. Itu arti yang sesungguhnya” Rama menatap mata Rima yang
penuh dengan tanda tanya. Tapi Rima terlihat sangat bahagia. Cinta pertamanya
mungkin akan menjadi cinta terakhirnya dan ini bukanlah sandiwara lagi.
“Yang
bener?” Rima Nampak sangat bahagia.
“Aku
suka kamu sejak kita masih ingusan. Sejak kita masih di sekolah dasar. Kamu
ingat masa-masa itu?” Rama mencoba mengajak Rima membayangkan masa lalunya saat
mereka di sekolah dasar.
“Iya
aku ingat. Disana aku melihat kamu sangat manis, berlari-lari didepanku. Dan
aku terlihat sedang memperhatikanmu. Aku rindu masa itu Ram. Aku juga suka
kamu” Rima meneteskan air matanya. Air mata bahagia, terharu, dan agak
malu-malu.
“Kamu
tahu? Setiap aku berangkat sekolah—dulu. Yang aku pikirkan pertama kali adalah
ingin melihat kamu tersenyum kepadaku, aku sangat bersemangat bersekolah. Namun
aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan. Aku malu. Dan ini meemalukan bagiku,
seorang laki-laki yang pemalu. Namun, rasa itu masih ku pendam sedalam samudra sejak
SD sampai sekarang. Tepatnya bukan sekarang, tapi tadi.” Rama menjelaskan
panjang lebar tentang perasaannya yang dipendam selama ini kepada Rima. Tentu
Rima bersipu malu, dia benar-benar bahagia, laki-laki yang disukainya ternyata
benar-benar menyuakinya.
“Aku
tak tau itu Ram. Yang aku tau kamu itu jutek, pemalu dan menyebalkan. Tapi aku
sayang kamu.” ledek Rima sambil menyubit tangan Rama. Suasana hangat sangat
terasa disini.
Ya, ini benar-benar seperti drama yang ada di
film-film. Sayangnya ini bukan sandiwara. Ini bukan sandiwara bodoh yang
menggila. Rima benar-benar bersyukur.
“Bagaimana
dengan Mayun? Apa dia masih suka mengganggumu? Upsss…….” Tiba-tiba saja Rama
salah bicara, Rama menanyakan soal Mayun? Bagaimana in bias terjadi?
“Mayun?
Dari mana kamu tau tentang Mayun?” Rima telihat sangat terkejut.
“Ups,
aku keceplosan tadi. Sebenarnya aku agak canggung menceritakan ini. Aku sering stalking (baca : diam-diam melihat
profil facebok seseorang) facebookmu.
Di setiap statusmu banyak sekali komentar Mayun. Dan jujur aku sangat cemburu.”
Rama mengatakan hal yang sebenarnya. Selama ini, Rima berpikir tak ada
seorangpun yang tau tentang Mayun maupun Jaya. Tapi kenyataannya, satu orang
mengetahui hal ini. Dan mungkin saja, tentang Rima & Mayun/ Rima & Jaya
adalah sebuah rahasia publik.
Rima
hanya tersenyum manis menanggapi kejujuran Rama. Dia tak akan pernah
menceritakan kesiapapun tentang Mayun maupun Jaya. Rima tak mau siapapun
mengetahui tentang sandiwaranya. Tentang pembohong. Dia sudah berjanji tak akan
mengulangi hal itu lagi di dalam hidupnya. Dan tak akan pernah mengungkit hal
konyol itu lagi.
“Mulai
besok, kamu duduk sama aku sampai kita naik kelas XI. Kamu paham?” ucap Rama.
“Iya
aku paham. Terima kasih telah menyayangiku.” Rima meneteskan air mata
kebahagiaan. Ternyata ada juga seseorang yang menyukainya tanpa memandang
‘bagaimana dia terlihat’.
Dan
satu hal terungkap. Satu minggu setelah Rima memutuskan hubunganya dengan Mayun
dan Jaya, dan menutup akun facebooknya. Dia bertemu dengan sosok yang
kelihatanya Rima kenal. Di tempat Rima les, kebeneran ada seorang laki-laki
yang juga sedang les disitu. Rima terpaksa ikut les bersama lakilaki itu.
Setelah dia lihat identitas namanya di baju Osis milik laki-laki itu, Rima baru
sadar kalau dia sedang les bersama Jaya. Sanjaya Wiguna. Dia adalah Jaya,
mantan kekasih mayanya. Oh tuhan, apalagi yang akan terjadi ini? Namun, Jaya
malah mecoba selalu menjauhi Rima jika Rima ingin mengobrol dengannya. Jaya
meungkin menganggap bahwa dia tak pernah kenal dengan Rima. Yap, ketahuan bahwa
dulu Jaya menyukai Rima bukan karena hati, melainkan rupa. Tentu ini bukanlah
masalah yang besar. Rima masih mempunyai Rama, kekasihnya yang menyayanginya
tanpa muluk-muluk.
Ternyata, tak perlu cantikpun cinta akan
datang. Cinta akan tumbuh kapan saja, dimana saja dan pada siapa saja. Tidak
bisa dilihat dari segi materi ataupun segi fisik. Jika kita cinta, tak akan ada
kekurangan di mata kita. Karna cinta sifatnya melengkapi. Gak perlu di editpun
cinta bisa datang. Dan tentunya tak perlu ada SANDIWARA yang konyol dan bodoh
itu. Hanya
perlu percaya diri saja.
Label: Cerpen Teenlit